Monday, February 20, 2012

Esai [AKU DAN FLP] My First Love Oleh: Wianti Aisyah (FLP Jatinangor)


Esai

[AKU DAN FLP]

My First Love

Oleh: Wianti Aisyah (FLP Jatinangor)

Bagiku Forum Lingkar Pena adalah rumah kedua setelah keluargaku. Sejak awal tahun 2009, aku bergabung di FLP Jatinangor disingkat FLPJ. Semua karena rahmat Allah yang telah memperkenalkan aku di sebuah komunitas yang sungguh berbeda ini. Di sini aku menemukan sesuatu yang belum pernah aku temukan dalam hidup ini, sebuah kekerabatan yang akhirnya mempererat hubungan kekeluargaan sesama anggota FLPJ. Aku selalu bersyukur pada-Nya karena telah memberikan kesempatan padaku untuk bergabung bersama FLP yang di mana tidak ada sebuah kebetulan dalam hidup ini, semua pasti sudah di atur oleh-Nya.

Dulu, aku sama sekali belum mengenal FLP. Saat aku melewati sebuah baligo di pinggir kampus, tertuliskan Bedah Buku “Rembulan di Langit Hatiku”, mataku pun tertuju pada FLP (Forum Lingkar Pena). Aku pun tertarik untuk bergabung bersama komunitas sastra tersebut. Namun, sayangnya aku tidak bisa hadir pada acara tersebut karena sedang ada keperluan ke luar kota. Aku pun menghubungi panitia untuk memberi keringanan agar aku bisa tetap mendaftar sebagai anggota meski tidak datang acaranya. Suatu ketika aku pun lupa akan deadline pengumpulan persyaratan. Untungnya malam hari terakhir aku ingat dan alhasil dengan berbagai pertimbangan, aku pun lolos masuk FLP Jatinangor, namaku terpampang di blog FLPJ. Hatiku pun bahagia, “aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini,” batinku.

Tentang FLPJ

FLP Jatinangor berdiri pada tahun 2001 oleh komunitas Sastra Indonesia Universitas padjadjaran, pendirinya Topik Mulyana beserta teman-temannya. Anggapan bahwa FLP itu Forum Lingkar Perempuan memang ada benarnya. Saat pertama kali masuk FLP, dari dua puluh anggota, mayoritas terdiri dari kaum hawa, hanya ada lima orang ikhwan. Mayoritas berasal dari Unpad, namun ada juga dari Ikopin dan UIN. FLPJ sendiri tidak memiliki basecamp, tempat kumpul biasanya menumpang di AMC (Al-Muslih Centre) sebelah masjid Al-Muslih Fakultas Sastra Unpad. Aku salut pada FLPJ, meskipun tidak memiliki tempat, FLPJ masih bisa bertahan.

Komitmen Para FLPJ’ers

FLP, rumah kedua bagiku karena di sanalah aku mengenal para FLPJ'ers. Saat pekanan pertama tepatnya Januari 2009, Pak Ketua menyuguhkan persyaratan menjadi anggota. Untuk menjadi anggota, kami diharuskan membuat dua event besar. Baru setelah itu, kami resmi menjadi anggota FLP. Pada September 2009, Alhamdulillah kami telah selesai mengadakan Bedah Buku “Galaksi Kinanthi” dalam tema Potret TKI dalam Bingkai Sastra. Karena waktunya tidak pas, event diadakan ketika bulan puasa, peserta pun yang datang sedikit. Namun, kami masih tetap bersemangat karena inilah event pertama kami yang dibuat dari kepanitiaan yang kecil. Event kedua, tepatnya bulan April 2010, Alhamdulillah kami telah mengadakan event besar dalam rangka Open Recruitment dengan tema “Potret Muhammad Dalam Bingkai Sastra” yang diikuti dengan 150 peserta. Semua berkat kerja keras para panitia dan komitmen yang telah disepakati.

Aku ingat saat pertama kali pembentukan kepanitiaan, ketua pelaksana Kang Abid, beliau sosok ketua yang bisa dibilang tidak bisa tidur nyeyak bila tahu ada kerjaan yang belum selesai. Teh Deva, ibu sekretaris yang komitmen dengan kewajibannya dalam surat-menyurat, yang selalu membantuku saat ada masalah. Lalu, ada Yogi yang tenang dalam mengambil keputusan berwenang sebagai seksi logistik dibantu oleh Kang Nunu, pelukis tangguh yang siaga 24 jam dikala H-3, juga Kang Jahar, yang tiba-tiba datang saat H-7, sehingga membantu kelangsungan acara. Nurida si jago design yang bekerja di belakang layar selalu siap sedia saat diminta bantuan meski amanahnya menumpuk. Juga teh Elis dan teh Ais, dengan wibawa dan senyumnya yang begitu lembut memberi konsep design acara menjadi sempurna. Teh Annisa, dulu masih calon ibu rumah tangga yang menjadi mentor bagiku dalam melangkah di FLPJ. Mereka seperti ibu bagiku. Kemudian, ada ibu bendahara yang mengurus masalah keuangan, Fitria sekaligus pendamping MC bersamaku. Teh Icha, yang pusing memikirkan danus untuk acara, Alhamdulillahnya dari event ini kas menjadi surplus.

Ada Kang Obi, si bapak pendiam, namun penuh ide cemerlang bertindak sebagai seksi konsumsi yang menyiapkan snack untuk peserta. Kang Arief, pebisnis alumni Ikopin yang tetap masih peduli pada FLPJ, bertindak sebagai donatur acara. Lalu, aku sendiri bertindak sebagai Koordinator Acara, bertugas meng-handle segala persiapan untuk acara, seperti menghubungi para pembicara dan pengisi acara, membuat rundown bersama Windra, si pendiam yang manis selalu bersedia menemani aku ke mana-mana. Juga Alma, penyiar radio yang paling sibuk, namun bisa menyempatkan waktu untuk membantu kami, juga teh Vika, penulis Novel yang dulu sedang disibukkan dengan skripsinya, namun tetap berkomitmen. Terakhir ada Pak Ketua FLPJ, Kang Fatih yang mewadahi kami dalam melangkah merangkai acara. Mereka semua adalah sahabat penaku di Jatinangor. Meski kesibukkan memisahkan kami, aku percaya bahwa FLP masih ada di hati mereka.

Aku rindu kepada para sahabat seangkatan penaku yang saat ini sudah sibuk akan masa depannya masing-masing, ada yang sudah bekerja ke luar kota, pulang ke kampung halaman, bahkan ada yang sudah menikah. Semua sah-sah saja.

Bukan Organisasi Biasa

Bagiku FLP adalah cinta pertamaku. FLP adalah organisasi tercintaku meski ia organisasi terakhir yang aku ikuti semasa perkuliahan. Dari sekian banyak organisasi, FLP-lah yang menjadikan aku seperti ini. Di FLP, aku bukan hanya belajar organisasi, tapi aku diajarkan bagaimana bisa mempertahankan komitmen yang telah aku buat saat menetapkan diri memilih FLP. Komitmen yang selalu aku pegang, meski berbagai rintangan datang.

FLP adalah organisasi yang membuatku dekat dengan para penulis. Karena anggota FLP semuanya adalah penulis. Sahabat penaku kini di mana-mana, ada di FLP Bandung, Karawang, Kuningan, Cirebon, Majalengka, dan kota lainnya. Hingga aku bisa mengenal penulis senior, seperti Pa Irfan, Mba Intan, Mba Dee, Teh Imun, Kang Topik, Kang Koko, Kang Tasaro, dan lainnya. Mereka ramah dan selalu terbuka dalam membimbing para juniornya dalam berkarya. Aku bersyukur bisa mengenal mereka serta para FLP’ers.

Kehangatan aku dan para FLPJ’ers dibangun bukan hanya dari kumpul pekanan saja, melainkan dari kumpul nonformal untuk mempererat hubungan kekerabatan, seperti Tadabur Alam ke Gunung Geulis Jatinangor, sembari masak bersama, bakar ikan, dan lain-lain. Semua kenangan masih kuingat dalam benakku.

Seleksi Alam sudah Berlaku

Menunggu adalah hal yang melelahkan, tapi tidak berlaku bagi anggota FLPJ. Menunggu hanyalah hal yang lumrah dialami setiap anggota dalam menunggu satu persatu orang datang ke pekanan. Jadwal memang sudah dijarkom pukul 16.00 WIB, namun pekanan biasa dimulai jam 16.30, bahkan pernah pukul 17.00. Aku ingat saat aku adalah orang kedua yang datang setelah Sang Pak Ketua. Dua orang tidak bisa dibilang kumpul pekanan, melainkan hanya diskusi atau bahkan hanya mengobrol biasa. Kami menunggu hampir satu jam, namun tak terlihat satu batang hidung pun. Setelah kami sudah terlalu lama bercakap-cakap seputar menulis dan diputuskan untuk pulang, ketika itu tepatnya pukul 17.15, datanglah Kang Nunu, disusul Teh Annisa. Akhirnya, kami lanjutkan pekanan yang tinggal beberapa menit lagi dengan penuh semangat.

Saat pertama kali kumpul pekanan, banyak anggota yang datang. Namun, lama kelamaan, menghilang entah kemana perginya. Ada beberapa yang masih bertahan, bahkan banyak juga yang hilang bak ditelan bumi. Aku pernah berpikir mengapa pekanan begitu sepi. Kehadiran minimal lima orang sudah dianggap sangat luar biasa bagi kami. Aku tahu semua orang punya kesibukan masing-masing, salah satunya adalah kuliah. Kuliah dianggap alasan yang paling utama untuk absen pekanan. Dari dulu seleksi alam memang sudah berlaku di FLPJ. Dalam satu angkatan yang masih tersisa hanya 3-5 orang yang bertahan. Aku pernah berpikir merumuskan terobosan baru agar para anggota bisa mempertahankan keeksistensiannya meski terbentur ruang kesibukan, sehingga dalam satu angkatan tidak ada yang tersisa, melainkan semua anggota masih bisa bertahan sampai jangka waktu yang panjang. Semoga bisa terlaksana di tahun terakhir kepengurusanku dan kedepannya.

Cinta Pertama dan Terakhir

Hampir satu setengah tahun aku memimpin FLPJ, banyak rintangan datang silih berganti. Dalam kepengurusanku, aku tidak sendiri dalam bekerja, diriku selalu ditemani oleh Imay, Tetsuko Eika, Febriansyah, Mirah, Winda, Rita, Kang Rahman, Kang Dahlan, Nunuy, Gettar, Mita, Bidah, Santi, Afnan, dan lain-lain. Kini sahabat penaku bertambah, para adik-adikku sudah terlihat komitmennya sejak awal masuk. Event pertama yang telah mereka buat sungguh dahsyat, tepatnya pada November 2011, dalam rangka Open Recruitment dengan bedah buku “Melepas Dahaga dengan Cawan Tua” disajikan dengan beragam acara yang menarik. Kini, anggota baru angkatan 2011 sudah bertambah banyak, dan sahabat penaku pun bertambah. Adik-adikku yang sholeh dan sholehah terlihat semakin antusias dalam mengikuti pekanan. Peraturan yang aku tetapkan, persyaratan untuk menjadi anggota, minimal mengikuti sepuluh kali pekanan, lalu diadakan pelantikan dengan berwisata sastra ke penerbit, terakhir minimal mengadakan satu event besar dalam rangka Open Recruitment Anggota Baru. Dengan berbagai rintangan di awal, harapanku mereka bisa menjadi insan kreatif dalam berkarya dan dapat mempertahankan komitmennya di FLPJ hingga waktu tak lagi bicara.

Cinta pertama memang indah, namun banyak orang bilang, cinta pertama tidak akan bisa bersatu. Benarkah??? Biarkan takdir yang bicara. Aku sudah jatuh cinta pada FLP. Aku ingin terus bersamanya. Namun, aku tak tahu kedepan akan bekerja dan tinggal di mana, di Bandung kah? Cirebon kah? Jakarta kah? Atau bahkan di luar Pulau Jawa kah? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang terpenting di mana pun aku berada kelak, aku ingin bernafas FLP. Aku berharap “Jiwaku akan tetap FLP, meski raga tak bersamanya”.

FLP Jatinangor: Menulis, Mengabdi, Mengabadi…!!!

Cinta pertama akan terus membekas, begitu pun Aku dan FLP.

[Essay ini disajikan dalam mengikuti lomba menulis essay “Aku dan FLP” dalam rangka Milad FLP ke15]

No comments:

Post a Comment