Saturday, November 10, 2012

OPEN RECRUITMENT ANGGOTA FLPJ DALAM LAUNCHING & BEDAH NOVEL "SANG PEMUSAR GELOMBANG"

AYOOO IKUTAAN! :)

Forum Lingkar Pena Jatinangor present:


---Bedah Novel "Sang Pemusar Gelombang" karya M Irfan Hidayatullah dan Open Recruitment Anggota Baru FLP Jatinangor angkatan 2012
---
Ahad, 18 November 2012 @ Pusat Sasta Bahasa Jepang Unpad Jatinangor. Pukul 08.00 - 12.30
--
Pemateri:
1. Ust. H. Hilman Rosyad Shihab Lc (Dewan Syariah Daarut Tauhiid)
2. Izzatul Jannah (Ketua Umum Forum Lingkar Pena)
3. Baban Banita (Dosen Sastra Indonesia FIB Unpad)
---
HTM murah banget! Hanya 10 ribu aja!
Fasilitas: Snack, Sertifikat, Majalah, Buletin, Diskon 20 % novel Sang Pemusar Gelombang dan banjir doorprize menarik!!
---
Ayo daftar sekarang juga!
Ketik: FLP_NAMA LENGKAP_ASAL (KAMPUS/SEKOLAH/UMUM)
Kirim ke:
087730348027 (Damai)
08996066022 (Ikhwan)
Ayo jangaaan sampe terlewaaaat! ^_^

Read More ..

Monday, February 20, 2012

Esai [AKU DAN FLP] My First Love Oleh: Wianti Aisyah (FLP Jatinangor)


Esai

[AKU DAN FLP]

My First Love

Oleh: Wianti Aisyah (FLP Jatinangor)

Bagiku Forum Lingkar Pena adalah rumah kedua setelah keluargaku. Sejak awal tahun 2009, aku bergabung di FLP Jatinangor disingkat FLPJ. Semua karena rahmat Allah yang telah memperkenalkan aku di sebuah komunitas yang sungguh berbeda ini. Di sini aku menemukan sesuatu yang belum pernah aku temukan dalam hidup ini, sebuah kekerabatan yang akhirnya mempererat hubungan kekeluargaan sesama anggota FLPJ. Aku selalu bersyukur pada-Nya karena telah memberikan kesempatan padaku untuk bergabung bersama FLP yang di mana tidak ada sebuah kebetulan dalam hidup ini, semua pasti sudah di atur oleh-Nya.

Dulu, aku sama sekali belum mengenal FLP. Saat aku melewati sebuah baligo di pinggir kampus, tertuliskan Bedah Buku “Rembulan di Langit Hatiku”, mataku pun tertuju pada FLP (Forum Lingkar Pena). Aku pun tertarik untuk bergabung bersama komunitas sastra tersebut. Namun, sayangnya aku tidak bisa hadir pada acara tersebut karena sedang ada keperluan ke luar kota. Aku pun menghubungi panitia untuk memberi keringanan agar aku bisa tetap mendaftar sebagai anggota meski tidak datang acaranya. Suatu ketika aku pun lupa akan deadline pengumpulan persyaratan. Untungnya malam hari terakhir aku ingat dan alhasil dengan berbagai pertimbangan, aku pun lolos masuk FLP Jatinangor, namaku terpampang di blog FLPJ. Hatiku pun bahagia, “aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini,” batinku.

Tentang FLPJ

FLP Jatinangor berdiri pada tahun 2001 oleh komunitas Sastra Indonesia Universitas padjadjaran, pendirinya Topik Mulyana beserta teman-temannya. Anggapan bahwa FLP itu Forum Lingkar Perempuan memang ada benarnya. Saat pertama kali masuk FLP, dari dua puluh anggota, mayoritas terdiri dari kaum hawa, hanya ada lima orang ikhwan. Mayoritas berasal dari Unpad, namun ada juga dari Ikopin dan UIN. FLPJ sendiri tidak memiliki basecamp, tempat kumpul biasanya menumpang di AMC (Al-Muslih Centre) sebelah masjid Al-Muslih Fakultas Sastra Unpad. Aku salut pada FLPJ, meskipun tidak memiliki tempat, FLPJ masih bisa bertahan.

Komitmen Para FLPJ’ers

FLP, rumah kedua bagiku karena di sanalah aku mengenal para FLPJ'ers. Saat pekanan pertama tepatnya Januari 2009, Pak Ketua menyuguhkan persyaratan menjadi anggota. Untuk menjadi anggota, kami diharuskan membuat dua event besar. Baru setelah itu, kami resmi menjadi anggota FLP. Pada September 2009, Alhamdulillah kami telah selesai mengadakan Bedah Buku “Galaksi Kinanthi” dalam tema Potret TKI dalam Bingkai Sastra. Karena waktunya tidak pas, event diadakan ketika bulan puasa, peserta pun yang datang sedikit. Namun, kami masih tetap bersemangat karena inilah event pertama kami yang dibuat dari kepanitiaan yang kecil. Event kedua, tepatnya bulan April 2010, Alhamdulillah kami telah mengadakan event besar dalam rangka Open Recruitment dengan tema “Potret Muhammad Dalam Bingkai Sastra” yang diikuti dengan 150 peserta. Semua berkat kerja keras para panitia dan komitmen yang telah disepakati.

Aku ingat saat pertama kali pembentukan kepanitiaan, ketua pelaksana Kang Abid, beliau sosok ketua yang bisa dibilang tidak bisa tidur nyeyak bila tahu ada kerjaan yang belum selesai. Teh Deva, ibu sekretaris yang komitmen dengan kewajibannya dalam surat-menyurat, yang selalu membantuku saat ada masalah. Lalu, ada Yogi yang tenang dalam mengambil keputusan berwenang sebagai seksi logistik dibantu oleh Kang Nunu, pelukis tangguh yang siaga 24 jam dikala H-3, juga Kang Jahar, yang tiba-tiba datang saat H-7, sehingga membantu kelangsungan acara. Nurida si jago design yang bekerja di belakang layar selalu siap sedia saat diminta bantuan meski amanahnya menumpuk. Juga teh Elis dan teh Ais, dengan wibawa dan senyumnya yang begitu lembut memberi konsep design acara menjadi sempurna. Teh Annisa, dulu masih calon ibu rumah tangga yang menjadi mentor bagiku dalam melangkah di FLPJ. Mereka seperti ibu bagiku. Kemudian, ada ibu bendahara yang mengurus masalah keuangan, Fitria sekaligus pendamping MC bersamaku. Teh Icha, yang pusing memikirkan danus untuk acara, Alhamdulillahnya dari event ini kas menjadi surplus.

Ada Kang Obi, si bapak pendiam, namun penuh ide cemerlang bertindak sebagai seksi konsumsi yang menyiapkan snack untuk peserta. Kang Arief, pebisnis alumni Ikopin yang tetap masih peduli pada FLPJ, bertindak sebagai donatur acara. Lalu, aku sendiri bertindak sebagai Koordinator Acara, bertugas meng-handle segala persiapan untuk acara, seperti menghubungi para pembicara dan pengisi acara, membuat rundown bersama Windra, si pendiam yang manis selalu bersedia menemani aku ke mana-mana. Juga Alma, penyiar radio yang paling sibuk, namun bisa menyempatkan waktu untuk membantu kami, juga teh Vika, penulis Novel yang dulu sedang disibukkan dengan skripsinya, namun tetap berkomitmen. Terakhir ada Pak Ketua FLPJ, Kang Fatih yang mewadahi kami dalam melangkah merangkai acara. Mereka semua adalah sahabat penaku di Jatinangor. Meski kesibukkan memisahkan kami, aku percaya bahwa FLP masih ada di hati mereka.

Aku rindu kepada para sahabat seangkatan penaku yang saat ini sudah sibuk akan masa depannya masing-masing, ada yang sudah bekerja ke luar kota, pulang ke kampung halaman, bahkan ada yang sudah menikah. Semua sah-sah saja.

Bukan Organisasi Biasa

Bagiku FLP adalah cinta pertamaku. FLP adalah organisasi tercintaku meski ia organisasi terakhir yang aku ikuti semasa perkuliahan. Dari sekian banyak organisasi, FLP-lah yang menjadikan aku seperti ini. Di FLP, aku bukan hanya belajar organisasi, tapi aku diajarkan bagaimana bisa mempertahankan komitmen yang telah aku buat saat menetapkan diri memilih FLP. Komitmen yang selalu aku pegang, meski berbagai rintangan datang.

FLP adalah organisasi yang membuatku dekat dengan para penulis. Karena anggota FLP semuanya adalah penulis. Sahabat penaku kini di mana-mana, ada di FLP Bandung, Karawang, Kuningan, Cirebon, Majalengka, dan kota lainnya. Hingga aku bisa mengenal penulis senior, seperti Pa Irfan, Mba Intan, Mba Dee, Teh Imun, Kang Topik, Kang Koko, Kang Tasaro, dan lainnya. Mereka ramah dan selalu terbuka dalam membimbing para juniornya dalam berkarya. Aku bersyukur bisa mengenal mereka serta para FLP’ers.

Kehangatan aku dan para FLPJ’ers dibangun bukan hanya dari kumpul pekanan saja, melainkan dari kumpul nonformal untuk mempererat hubungan kekerabatan, seperti Tadabur Alam ke Gunung Geulis Jatinangor, sembari masak bersama, bakar ikan, dan lain-lain. Semua kenangan masih kuingat dalam benakku.

Seleksi Alam sudah Berlaku

Menunggu adalah hal yang melelahkan, tapi tidak berlaku bagi anggota FLPJ. Menunggu hanyalah hal yang lumrah dialami setiap anggota dalam menunggu satu persatu orang datang ke pekanan. Jadwal memang sudah dijarkom pukul 16.00 WIB, namun pekanan biasa dimulai jam 16.30, bahkan pernah pukul 17.00. Aku ingat saat aku adalah orang kedua yang datang setelah Sang Pak Ketua. Dua orang tidak bisa dibilang kumpul pekanan, melainkan hanya diskusi atau bahkan hanya mengobrol biasa. Kami menunggu hampir satu jam, namun tak terlihat satu batang hidung pun. Setelah kami sudah terlalu lama bercakap-cakap seputar menulis dan diputuskan untuk pulang, ketika itu tepatnya pukul 17.15, datanglah Kang Nunu, disusul Teh Annisa. Akhirnya, kami lanjutkan pekanan yang tinggal beberapa menit lagi dengan penuh semangat.

Saat pertama kali kumpul pekanan, banyak anggota yang datang. Namun, lama kelamaan, menghilang entah kemana perginya. Ada beberapa yang masih bertahan, bahkan banyak juga yang hilang bak ditelan bumi. Aku pernah berpikir mengapa pekanan begitu sepi. Kehadiran minimal lima orang sudah dianggap sangat luar biasa bagi kami. Aku tahu semua orang punya kesibukan masing-masing, salah satunya adalah kuliah. Kuliah dianggap alasan yang paling utama untuk absen pekanan. Dari dulu seleksi alam memang sudah berlaku di FLPJ. Dalam satu angkatan yang masih tersisa hanya 3-5 orang yang bertahan. Aku pernah berpikir merumuskan terobosan baru agar para anggota bisa mempertahankan keeksistensiannya meski terbentur ruang kesibukan, sehingga dalam satu angkatan tidak ada yang tersisa, melainkan semua anggota masih bisa bertahan sampai jangka waktu yang panjang. Semoga bisa terlaksana di tahun terakhir kepengurusanku dan kedepannya.

Cinta Pertama dan Terakhir

Hampir satu setengah tahun aku memimpin FLPJ, banyak rintangan datang silih berganti. Dalam kepengurusanku, aku tidak sendiri dalam bekerja, diriku selalu ditemani oleh Imay, Tetsuko Eika, Febriansyah, Mirah, Winda, Rita, Kang Rahman, Kang Dahlan, Nunuy, Gettar, Mita, Bidah, Santi, Afnan, dan lain-lain. Kini sahabat penaku bertambah, para adik-adikku sudah terlihat komitmennya sejak awal masuk. Event pertama yang telah mereka buat sungguh dahsyat, tepatnya pada November 2011, dalam rangka Open Recruitment dengan bedah buku “Melepas Dahaga dengan Cawan Tua” disajikan dengan beragam acara yang menarik. Kini, anggota baru angkatan 2011 sudah bertambah banyak, dan sahabat penaku pun bertambah. Adik-adikku yang sholeh dan sholehah terlihat semakin antusias dalam mengikuti pekanan. Peraturan yang aku tetapkan, persyaratan untuk menjadi anggota, minimal mengikuti sepuluh kali pekanan, lalu diadakan pelantikan dengan berwisata sastra ke penerbit, terakhir minimal mengadakan satu event besar dalam rangka Open Recruitment Anggota Baru. Dengan berbagai rintangan di awal, harapanku mereka bisa menjadi insan kreatif dalam berkarya dan dapat mempertahankan komitmennya di FLPJ hingga waktu tak lagi bicara.

Cinta pertama memang indah, namun banyak orang bilang, cinta pertama tidak akan bisa bersatu. Benarkah??? Biarkan takdir yang bicara. Aku sudah jatuh cinta pada FLP. Aku ingin terus bersamanya. Namun, aku tak tahu kedepan akan bekerja dan tinggal di mana, di Bandung kah? Cirebon kah? Jakarta kah? Atau bahkan di luar Pulau Jawa kah? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang terpenting di mana pun aku berada kelak, aku ingin bernafas FLP. Aku berharap “Jiwaku akan tetap FLP, meski raga tak bersamanya”.

FLP Jatinangor: Menulis, Mengabdi, Mengabadi…!!!

Cinta pertama akan terus membekas, begitu pun Aku dan FLP.

[Essay ini disajikan dalam mengikuti lomba menulis essay “Aku dan FLP” dalam rangka Milad FLP ke15]

Read More ..

Festival Membaca dan Menulis 2012


Dalam rangka milad Forum Lingkar Pena (FLP) yang ke-15, FLP mengadakan lomba-lomba sebagai berikut:

LOMBA FOTO AKU GILA BUKU
Ekspresikan dirimu bersama koleksi buku-bukumu, segila, senarsis, dan sekeren-kerennya!
Syaratnya:
  1. Peserta lomba terbuka untuk umum
  2. Pose foto harus memperlihatkan buku-buku FLP
  3. Kamera yang digunakan boleh DSLR, kamera poket, maupun kamera ponsel
  4. Peserta hanya boleh mengirimkan 1 (satu) foto
  5. Foto dikirim melalui email: flp.pusat@gmail.com dengan ukuran maksimal 500 kb dan beri Subject: LOMBA FOTO AKU GILA BUKU
  6. Panitia akan mengunggah foto di Twitter @flpoke dan Group Facebook Forum Lingkar Pena.
  7. Waktu pelaksanaan mulai 25 Januari sampai dengan 19 Februari 2011
  8. Foto dengan “Like” terbanyak di Facebook akan dinobatkan sebagai “Foto Favorit”
  9. Pemilihan Foto Favorit akan ditutup pada 22 Februari 2011

Hadiah:
  • Foto Terbaik akan mendapat: Kamera poket + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp1.500.000,-
  • Foto Favorit akan mendapat: Handphone + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp1.000.000,-

LOMBA RESENSI BUKU
Persyaratan:
a. Lomba terbuka untuk umum.
b. Resensi ditulis sepanjang 1000-1500 kata, dengan memilih buku-buku berikut:
  1. Catatan Cinta dari Mekkah (Awy’ Ameer Qolawun, Jendela, 2012)
  2. Cinta Sang Penjaga Telaga (Azzura Dayana, Pro-U, 2009)
  3. Cintaku di Negeri Jackie Chan (Ida Raihan, Jendela, 2012)
  4. Goes to Pesantren (M. Dzanuryadi, LPPH, 2011)
  5. Happy Working Mom (Aprilina Prastari, Gramedia, 2012)
  6. Jatuh dari Cinta (Benny Arnas, Grafindo, 2011)
  7. Lampuki (Arafat Nur, Serambi, 2011)
  8. Livor Mortis (Deasylawati, Indiva, 2011)
  9. Memoirs of Stientje (MD Aminuddin, Mybook, 2011)
  10. Mengapung Bersama Nil (Arif Friyadi, LPPH, 2009)
  11. Musim Gugur Terakhir di Manhattan (Julie Nava, LPPH, 2011)
  12. Perempuan Bawang dan Lelaki Kayu (Ragdi F Daye, LPPH, 2010)
  13. Rindu Rumpun Ilalang (Nailiya Nikmah, KSI Banjarmasin, 2010)
  14. Sakura (Nova Ayu Maulita, LPPH, 2010)
  15. Suami Sempurna (Nurul F Huda, LPPH, 2012)

c. Resensi belum pernah dipublikasikan.
d. Resensi dikirim melalui email ke flp.pusat@gmail.com, dengan subjek “Lomba Resensi Milad FLP ke-15”. Juga ditulis di note akun Facebook peserta dan menandai (men-tag) minimal 15 akun kawan.
e. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul naskah.
f. Naskah ditunggu paling lambat 17 Februari 2012.

Hadiah:
  • Resensi terbaik pertama akan mendapat: Smartphone + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp2.000.000,-
  • Resensi terbaik kedua akan mendapat: Handphone + Paket buku dari penerbit + Suvenir, total hadiah senilai Rp1.500.000,-

LOMBA BLOG
  1. Peserta terbuka untuk umum
  2. Blog harus milik pribadi peserta dan memuat hal-hal yang berhubungan dengan dunia membaca, tulis menulis, serta tentang FLP
  3. Publikasi tulisan boleh dari arsip lama yang kemudian dimuat ulang di halaman awal blog
  4. Kirim URL blog ke email: flp.pusat@gmail.com dan beri Subject: LOMBA BLOG, juga ke Twitter dengan mention @flpoke dan hastag #FestivalMembacadanMenulis2012.
  5. Ditunggu paling lambat 19 Februari 2012.

Hadiah:
  • Blog terbaik pertama akan mendapat: Smartphone + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp2.000.000,-
  • Blog terbaik kedua akan mendapat: Handphone + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp1.500.000,-

LOMBA ESAI “AKU DAN FLP”
Persyaratan:
  1. Peserta untuk anggota FLP
  2. Panjang esai 1.000-2.000 kata
  3. Esai dikirim ke email: flp.pusat@gmail.com, serta dipublikasikan melalui blog pribadi atau note akun Facebook peserta, dengan men-tag 20 orang kawan. Link note di Facebook dilampirkan pada naskah asli yang dikirim melalui email. Panitia akan memuat link note peserta melalui Twitter.
  4. Peserta hanya boleh mengirim 1 (satu) esai
  5. Naskah ditunggu maksimal 17 Februari 2012.

Hadiah:
  • Esai terbaik pertama akan mendapat: Notebook + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp3.000.000,-
  • Esai terbaik kedua akan mendapat: Kamera poket + Paket buku dari penerbit, total hadiah senilai Rp1.500.000,-

LOMBA MUSIKALISASI PUISI FLP
Persyaratan:
  1. Peserta perorangan atau kelompok dengan menggunakan alat musik apa saja
  2. Puisi yang dimusikalisasikan adalah puisi-puisi yang sudah pernah diterbitkan atau dipublikasikan oleh penulisnya
  3. Peserta merekam musikalisasi puisinya dan diunggah ke Youtube.com. Durasi rekaman maksimal 15 menit
  4. Copy-paste URL Youtube musikalisasi puisi ke akun Facebook dan Twitter peserta. Untuk Facebook, peserta men-tag minimal 20 teman, untuk Twitter mention @flpoke dan hashtag #FestivalMembacadanMenulis2012
  5. Upload ditunggu sampai 19 Februari 2012
  6. Peserta hanya boleh mengirimkan 1 (satu) video

Hadiah:
  • Video terbaik pertama akan mendapat: Uang tunai Rp1.500.000,- + Paket buku dari penerbit
  • Video terbaik kedua akan mendapat: Uang tunai Rp1.000.000,- + Paket buku dari penerbit

Read More ..

Wednesday, October 19, 2011

BEDAH BUKU "Melepas Dahaga Dengan Cawan Tua" & Open Recruitment FLP Jatinangor 2011

Bagi teman2 yang ingin bergabung menjadi Anggota FLP Jatinangor---Ayooo ikuti bedah buku dan open recruitment--- Ada lomba cerpen juga loh...

LOMBA MENULIS CERPEN FLP JATINANGOR 2011

Tema:

Melukis kisah inspiratif para sahabat Rasulullah dalam sapuan fiksi modern

Peserta lomba:

SMA/sederajat, Mahasiswa dan umum

Syarat-Syarat Lomba:

1.Lomba dibuka tanggal 18 Oktober 2011 dan ditutup tanggal 6 November 2011

2.Tema cerita: Semua aspek yang terinspirasi dari kisah para sahabat Rasulullah

3.Judul bebas, tetapi mengacu pada Butir 2

4.Setiap peserta hanya boleh mengirimkan 1 (satu) naskah

5.Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang benar, sesuai EYD, indah (literer) dan komunikatif serta bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasi dalam bentuk apapun. (Bahasa daerah/tidak baku hanya boleh dalam dialog).

6. Peserta harus mentransfer biaya lomba Rp. 10.000,- ke: Bank BNI Syariah 0210750931 a.n Eka Purwitasari. Setelah transfer, segera konfirmasi ke 085 222 789 048

Ketentuan naskah:

a.Ditulis di atas kertas ukuran kuarto (A-4), ditik berjarak 1,5 spasi, font 12 (huruf Times New Roman), margin kiri kanan rata (justified) maksimal 5Cm

b.Panjang naskah antara 6 – 10 halaman, disertai: sinopsis cerita, maksimal setengah halaman kisah pendek sahabat Rasulullah yang menjadi inspirasi cerpen, biodata penulis, scan foto copy KTP/Kartu pelajar/kartu mahasiswa dan scan bukti transfer

c.Naskah yang dilombakan di kirim via email ke: flpjatinangor@gmail.com

Hasil lomba:

Pemenang lomba cerpen diumumkan pada saat acara bedah buku “ Melepas Dahaga Dengan Cawan Tua” pada hari Ahad, 13 Oktober 2011. Juga melalui blog FLP Jatinangor: forumlingkarpenajatinangor.blogspot.com

Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat

Naskah yang dilombakan menjadi milik FLP Jatinangor dengan hak cipta milik pengarang

Pemenang:

Juara 1: Uang Rp. 200.000,- + paket buku + sertifikat + cerpen dibukukan dalam antologi cerpen FLP Jatinangor

Juara 2: Uang Rp. 150.000,- + paket buku + sertifikat + cerpen dibukukan dalam antologi cerpen FLP Jatinangor

Juara 3: Uang Rp. 100.000,- + paket buku + sertifikat + cerpen dibukukan dalam antologi cerpen FLP Jatinangor

CP: Eka 085 222 789 048

Read More ..

Friday, June 3, 2011

My First Novel-ANGPAU CINTA NAZWA



Miliki Segera Novel ACN Harga Rp. 35.000. Bagi yang mau bisa pesan ke No. 08997748868

SINOPSIS Novel

Sebuah hal yang menyedihkan dalam hidup ketika kita bertemu dengan seseorang, yang sangat berarti bagi kita, hanya untuk mengetahui pada akhirnya seseorang tersebut tidak ditakdirkan untuk bersama kita, sehingga kita harus dengan berat hati membiarkannya pergi dan berlalu.

Pria berambut ikal itu termenung di ujung taman pelataran rumah sakit. Menikmati semilir angin sore yang mengantarkan sang surya menuju rumahnya. Sinar merah keemasan yang memancar di langit nan sendu tak menyilaukannya untuk berhenti menatapnya. Ia menyandarkan punggungnya dalam diam seribu bahasa memikirkan hal yang selama ini menguras tenaganya.

Nazwa Canta Theresia Haruna. Nama itu begitu mengusik pikirannya sejak pertama kali mengenalnya di kelas 2 SMA. Begitu mengganggu jiwanya yang selama ini tidak pernah termasuki oleh wanita lain. Tapi nama itu seolah telah masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Mengaguminya, yang begitu mengagungkan kesucian cinta. Syafiq terpekur. Sudah terlambatkah ia?

ENDORSEMENT

(Di tempatkan di depan cover) “Setiap novel menjanjikan sebuah konflik menarik di dalamnya. Begitu juga dengan novel yang Anda genggam ini. Konflik berat tentang keberimanan dikemas dengan renyah dan populer oleh Wianti tanpa kehilangan aspek dialogisnya. Selamat membaca diri lewat novel ini”

M. Irfan Hidayatullah M.Hum, penulis buku “Tabir”, Mantan Ketua Forum Lingkar Pena Pusat (2004-2009), dosen Fakultas Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

ENDORSEMENT

“Nilai-nilai apakah yang mampu menentramkan berbagai pertentangan duniawi seperti ras, warna kulit, dan tradisi-tradisi bumi? ISLAM adalah jawabnya. Wianti menuliskannya dalam tataran kesadaran akan hal itu. Islam adalah cinta bagi semua”

Izzatul Jannah, Ketua Forum Lingkar Pena Pusat (2009-2014), General Manager Penerbitan Balai Pustaka.

Setiap novel menjanjikan sebuah konflik menarik di dalamnya. Begitu juga dengan novel yang Anda genggam ini. Konflik berat tentang keberimanan dikemas dengan renyah dan populer oleh Wianti tanpa kehilangan aspek dialogisnya. Selamat membaca diri lewat novel ini.

M. Irfan Hidayatullah M.Hum, penulis buku “Tabir”, Mantan Ketua Forum Lingkar Pena Pusat (2004-2009), dosen Fakultas Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

“Percintaan beda ras selalu menimbulkan polemik. Meski begitu, tetap ada solusi yang terbaik, seperti dalam novel ini.”

Ali Muakhir –penulis Si Olin,

peraih Adikarya Ikapi, dan masuk rekor MURI sebagai penulis buku paling banyak di Indonesia.


Read More ..

Wednesday, February 16, 2011

-Jika Aku Menjadi Masyarakat Desa- KKN Desa Simpang, Kec. Wanayasa, Kab. Purwakarta






JIKA AKU MENJADI MASYARAKAT DESA

By: Wianti Aisyah

Saat ini aku berkuliah di sebuah universitas negeri di Jatinangor, Padjadjaran tepatnya. Jatinangor merupakan suatu wilayah di Sumedang yang terletak dua puluh satu kilometer dari kota Bandung. Jatinangor dahulu dapat dibilang sebuah daerah yang masih belum modern. Namun, sampai detik ini, terjadi suatu globalisasi karena berdirinya Universitas Padjadjaran di sana sehingga pola hidup masyarakat di sana sudah lebih maju dengan banyaknya fasilitas yang tersedia. Sudah hampir empat tahun berkuliah, aku tinggal di Jatinangor. Sekarang aku sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa di Kabupaten Purwakarta, tepatnya desa Simpang.

Tujuan dari KKN ini adalah ingin belajar bersama masyarakat dan dapat menjadi seorang masyarakat desa. Aku yang identik dengan seorang mahasiswa berkuliah di kampus yang kurang bermasyarakat dengan lingkungan sekitar. Pola hidup kampus yang sudah terbiasa praktis dan modern, serta ingin instan. Hal tersebut yang menjadikan suatu tantangan bagi aku ketika merasakan kehidupan yang berbeda dengan biasanya, yaitu kuliah kerja nyata di desa.

Desa adalah sekelompok dan kesatuan rumah atau kampung di luar kota; disebut juga masyarakat kecil yang anggota-anggotanya hidup bersama di suatu lokasi tertentu, terikat dalam kesatuan komunitas, meliputi norma, budaya, sistem nilai, yang ditaati bersama. Pada umumnya masyarakat desa memiliki sejumlah karakteristik terkait dengan etika dan budaya, dan bersifat umum. Jika aku menjadi masyarakat desa ada beberapa hal yang ingin aku berikan dan dapatkan dari masyarakat desa.

Saat ini aku mengambil jurusan Farmasi. Ada sesuatu yang aku pikirkan, ilmu yang aku tuntut sekarang selama kurang lebih empat tahun kuliah akan digunakan untuk apa kelak setelah aku lulus? Jawabannya simple, yaitu dengan mengamalkan ilmu yang kita punya bagi keluarga, agama dan bangsa ini. Pertanyaan di sini, dalam bentuk apa pengamalannya dan bagaimana realisasinya? Jawabannya dalam bentuk apapun selama kita bisa bermanfaat bagi orang banyak, yang dipenting di sini dilandasi rasa ikhlas dan mendapat ridho dari Allah. Sama masalahnya seperti apa yang aku sedang jalani sekarang pada KKN di desa. Jika aku menjadi masyarakat desa, aku ingin sekali bisa mengaplikasikan ilmu yang telah aku dapat di bangku kuliah. Pengaplikasian ilmu dapat berbagai macam cara, aku ingin berbaur dengan masyarakat mengenai kehidupannya sehari-hari, meliputi adat istiadat, budaya, maupun kegiatan di desa.

Sudah hampir satu bulan aku tinggal di desa Simpang, di sebuah rumah warga yang terbilang hampir sama dengan rumahku. Aku merasa senang tinggal bersama masyarakat Simpang. Kegiatan yang kami lakukan di sini meliputi, mengajar siswa/i MI Daarul Khoer, membantu pelaksanaan Posyandu, mengikuti pengajian di rumah warga sekitar, memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit Flek Paru-paru, diare dan demam berdarah, memberikan motivasi kepada siswa/i MI tentang meraih mimpi, serta menyelenggarakan pertandingan Volli dengan peserta warga desa Simpang.

Jika aku menjadi masyarakat desa, aku ingin sharing mengenai masalah kesehatan yang sering ditemui masyarkat. Aku ingin berbagi ilmu dengan mereka. Dengan begitu, ada suatu rasa bahagia karena aku bisa memberikan informasi mengenai kesehatan agar masyarkat bisa melakukan tindakan, misalnya pencegahan terhadap suatu penyakit.

Jika aku menjadi masyarakat desa aku ingin belajar bersama mereka akan arti hidup sebenarnya. Mata pencaharian masyarakat desa bermacam-macam, namun kebanyakan bekerja sebagai petani. Aku ingin mendalami seluk beluk kehidupan masyarakat sehingga aku dapat mengetahui bahwa nilai tambah seorang masyarakat desa terletak pada rasa syukur mereka terhadap apa yang mereka punya selama ini. Mereka terlihat bahagia dengan kehidupannya, meski aku hanya bisa tersenyum melihat kehidupanku yang berbeda dengan mereka.

Jika aku menjadi masyarakat desa, aku ingin sekali bisa membuat lapangan pekerjaan untuk warga agar mereka memiliki mata pencaharian yang dapat memenuhi kebutuhannya. Aku ingin agar hadirnya aku dapat memberikan secercah harapan kepada masyarkat desa. Aku ingin bermanfaat untuk semuanya. Terima kasih kepada warga masyarkat desa Simpang yang telah memberikan kesempatan padaku untuk dapat merasakan hidup di desa.....

Read More ..